SIG dan BRIN Kembangkan Beton Hijau Tahan Sulfat dan Klorida

JAKARTA | lampumerah id – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menandatangani kerja sama pengembangan beton hijau untuk Infrastruktur kawasan pesisir dan laut.

Penandatanganan dilakukan Direktur Operasi SIG, Reni Wulandari dan Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Teguh Muttaqie di Gedung The East, Jakarta, Rabu (30/4)

Direktur Utama SIG, Donny Arsal mengatakan, di tengah persaingan ketat SIG senantiasa menjaga komitmen dalam memproduksi bahan bangunan ramah lingkungan yang merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi yang dijalankan Perusahaan.

Setelah berhasil memproduksi semen hijau untuk kawasan pesisir, kerja sama dengan BRIN ini mewujudkan intensi SIG untuk memperluas pengembangan dalam produksi beton hijau untuk kawasan pesisir.

“Saat ini kami kembali bekerja sama dalam pengembangan beton hijau untuk mendukung pembangunan infrastruktur kawasan pesisir dan laut,” kata Donny Arsal melalui rilis yang diterima redaksi

Produk bahan bangunan rendah karbon semakin dibutuhkan dalam urgensi penanganan dampak perubahan iklim dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan. Di lingkungan ekstrem seperti kawasan pesisir dan laut, struktur beton berisiko lebih mudah keropos.

Kerja sama antara SIG dan BRIN untuk menghasilkan beton dengan ketahanan tinggi terhadap sulfat, termasuk gelombang, pasang surut, dan korosi akibat ion klorida. Beton ini akan memiliki formulasi khusus untuk lingkungan laut dengan peningkatan kepadatan, daya tahan dan masa layan beton, sehingga mengurangi biaya perawatan dan kokoh dalam jangka panjang.

Direktur Operasi SIG, Reni Wulandari menyampaikan, dalam riset ini SIG bersama BRIN akan mengembangkan produk beton hijau yang memiliki ketahanan tinggi di lingkungan ekstrem seperti kawasan pesisir dengan memperhatikan aspek infrastruktur pesisir dan kekhususan bahan baku yang dipakai.

“Kami berharap hasil riset ini menjadi solusi atas kebutuhan konstruksi di daerah-daerah pesisir, terutama yang telah mengalami peningkatan level permukaan air,” kata Reni Wulandari.

Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Cuk Supriyadi Ali Nandar mengatakan beton hijau diharapkan lebih ramah lingkungan dibandingkan beton konvensional karena lebih rendah emisi, diproduksi dengan energi yang lebih efisien, namun tetap berkualitas tinggi.

“BRIN dan SIG memiliki kesamaan visi untuk memajukan bangsa dan negara. Indonesia adalah negara kepulauan, maka kerja sama ini menjadi kontribusi untuk melindungi pantai-pantai dari abrasi dengan memberi lapis lindung.,” kata Cuk Supriyadi Ali Nandar.

Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Teguh Muttaqie menjelaskan, BRIN dan SIG akan memformulasikan material baru. Contohnya waste material seperti fly ash dan slag nikel, dalam komposisi beton hijau, sehingga tercipta desain baru yang dapat digunakan untuk proyek tanggul, infrastruktur pelabuhan dan kawasan pesisir lainnya.

“Beton konvensional membutuhkan banyak energi yang berdampak pada perubahan iklim. Saya yakin SIG memiliki strategi dan inisiatif untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia, dengan menerapkan teknologi bersih dan hijau,” kata Teguh Muttaqie.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *