Dandim Gresik Perintahkan Babinsa Berkantor di Desa, Dampingi Kades Agar Tidak Menjadi Korban Pemerasan

GRESIK | lampumerah.id – Komandan Kodim 0817 Letkol (Inf) Ahmad Saleh Rahanar memerintahkan Babinsa ‘berkantor’ di kantor pemerintah desa binaannya, untuk mendampingi kepala desa dan perangkatnya bekerja melayani masyarakat.

Perintah ini dikeluarkannya, untuk merespon keresahan para kepala desa yang mengaku diteror bahkan diduga diperas oleh gerombolan orang-orang yang mengaku wartawan dan LSM.

“Babinsa adalah tentara yang menjadi mitra kerja pemerintah desa binaannya. Sesuai arahan Pangdam dan Danrem, saya diminta untuk menurunkan anggota Babinsa memberikan pendampingan bagi kepala desa, menyusul viralnya berita kalau para kades di Gresik banyak yang menjadi korban gerombolan tersebut,” kata Dandim saat bertemu dengan pengurus Asosiasi Kepala Desa (AKD) Kedamean dan sejumlah kepala desa, di Kantor Desa Kedamean, Kecamatan Kedamean, Rabu (24/5) sore.

Selain di Kecamatan Kedamean, Letkol (Inf) Ahmad Saleh Rahanar yang datang mengendarai motor trail bersama puluhan Babinsa tersebut, juga menemui AKD dan sejumlah kades di Kecamatan Menganti dan Driyorejo, untuk menyampaikan hal yang sama.

Dandim mengatakan, dirinya sengaja mengajak para Babinsa agar paham cara kerja wartawan yang diatur di dalam UU Pers dan ketentuan Dewan Pers.

“Kami hadir di tengah-tengah para kades, karena viralnya berita soal dugaan pemerasan kades. Dan kasus ini memang mendapat atensi Pangdam dan Danrem. Karena jika dibiarkan akan mengganggu pembangunan dan berimbas terhadap pertumbuhan ekonomi di desa,” katanya.

Ditegaskan Dandim, tujuan ditempatkannya Babinsa di balai desa agar kades dan perangkatnya tidak takut lagi dengan teror gerombolan yang berdalih akan melaporkan (seolah-olah ada kasus) ke APH.

“Tugas kepala desa mengatur masyarakat banyak, dengan beragam keinginan. Sementara kades harus meratakan pembangunan, dengan anggaran yang terbatas. Nah di saat seperti ini, mereka mencari-cari kesalahan kepala desa bahkan ada yang sengaja membawa meteran atau alat kerja lainnya, seolah-olah terjadi penyelewengan proyek fisik yang ada di desa. Maka sekali lagi jangan takut,” tandasnya.

Dandim mengakui dari pertemuan dengan AKD, kades dan perangkat di tiga kecamatan tersebut, ternyata raya raya para kades mengaku sering menjadi korban teror bahkan ancaman yang ujung-ujungnya minta sejumlah uang.

Akibatnya, para kades enggan bekerja di kantornya, karena takut didatangi gerombolan tersebut. Mereka memilih bekerja melayani warganya di warung kopi, agar tidak ketahuan gerombolan tersebut.

“Kita dengar sendiri tadi, banyak kades yang enggan ngantor di desanya karena sudah ditunggui para gerombolan. Kades lebih memilih warung kopi atau tempat lainnya selain kantor, agar bisa tetap melayani warganya,’ katanya. (san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *