Susi Susi

Presiden RI sekarang, tidak sesakral dulu. Kalau dulu, tidak ada warga berani nyuruh presiden. Kemarin, Susi Pudjiastuti via medsos nyuruh Presiden Jokowi melarang hate speech. Meski Susi mantan menteri Kelautan dan Perikanan, suruhan itu kemajuan. Bidang nyuruh presiden.

Akibat ‘suruhan’ itu, terjadi-lah perang twit. Susi lawan eks kader Partai Demokrat, Ferdinand Hutahean. Perang singkat, tapi terkesan emosional.

Perangnya pun terjadi di lapak (reply akun Twitter) resmi Presiden Jokowi. Jadi, pasti terbaca Jokowi. Isinya begini:

Susi: “Mohon dibantu dengan himbauan dari Bapak Presiden untuk menghentikan hate speech… ujaran kebencian yang, baik yg mengatasnamakan agama, ras, suku, relawan dll…. Pandemic sudah cukup membuat depresi ekonomi sosial, juga kesehatan jiwa masyarakat semua.”

Ferdinand: “Sbg mantan menteri, tak sepatutnya Ibu Susi mencuit hal seperti ini kpd Pres. Aplg cuitan Pak Jokowi ttg Vaksin Covid-19. Seolah ibu secara tdk langsung menuduh hate speech itu terkait dgn Pres. Ibu salah… Pres tak ada hubungannya dgn itu, dan ibu bs komunikasi dgn Pres lewat ajudan.”

Susi: “What is your problem Pak?????”

Ferdinand: “My problem is, kecewa melihat mantan menteri tak punya etika kepada presidennya.”

Susi: “Excure me!”

Sudah. Stop. Tidak berlanjut lagi. Seandainya diteruskan, bisa tambah emosi. Apalagi, tanda-tanda orang Indonesia emosi, biasanya tidak berbahasa Indonesia lagi.

Dari Abu Janda sampai Keluarga Cendana

Latar belakang itu, bermula soal twit Susi terhadap Abu Janda.

Senin (29/1/2021) Susi ngetwit, menghimbau netizen meng-unfollow akun Twitter @permadiaktivis1 milik Permadi Arya atau Abu Janda.

“Ayo unfollow. Untuk kedamaian dan kesehatan kita semua. Ayo! Ayo!” tulis Susi di akun Twitter @susipudjiastuti.

Dilanjut: “Saya pikir saatnya dihentikan ocehan2 model seperti ini yg selalu menyinggung perasaan publik. Tidak sepantasnya di masa sulit pandemic, hal2 yg tidak positif dibiarkan. Ayo kita unfollow, dan jangan perdulikan lagi orang2 seperti ini. Salam sehat & damai.”

Warganet terbelah. Ada yang mendukung Susi, banyak yang kontra.

Abu Janda dikenal sebagai pendukung fanatik Presiden Joko Widodo. Maka, Susi dituding berpihak mendukung oposisi. Efek Pilpres 2014 dan 2019. Ketika masyarakat terbelah, masih tersisa.

Warganet menjuluki Susi “kadrun” atau “kadal gurun”. warganet membongkar-bongkar file, nemu foto Susi bersama Siti Hardiyanti Rukmana, puteri sulung mantan Presiden Soeharto. Susi bersama Titik Prabowo, juga puteri Soeharto.

Warganet menuding Susi dekat dengan keluarga Cendana (kediaman keluarga Soeharto).

Ada juga warganet mengungkap, Susi membiayai 20 bus dari Pangandaran, Jabar ke Monas, Jakarta. Saat demo 212 di Monas. Soal ini sudah dibantah Susi melalui medsos.

Di antara warganet, ternyata ada pejabat pemerintah. Yakni, Staf Khusus Menkominfo yang guru besar ilmu komunikasi politik, Henri Subiakto. Twit Henri begini:

“Ada tokoh yg sekolah gak tamat, tp jabatannya melambung, dan perusahaannya untung. Kemarin jabatannya diganti orang yg kebijakannya gak nyambung, tambah perusahaan miliknya lg buntung. Logislah lalu bermanuver politik, siapa tahu 2022/2024 kembali beruntung,” tulis Henri, di akun @henrysubiakto, Kamis (4/2/2021).

Itu dibalas akun @susipudjiastuti. Balasannya santai. Susi menyertakan emoji.

Henri, dikonfirmasi wartawan, menyatakan, ia sudah minta maaf ke Susi. Tapi, ia juga mengatakan, yang ia tulis di medsos fakta, termasuk tentang pendidikan Susi. (Susi putus di kelas 2 SMA).

“Kalimat itu justru berarti positif, yaitu ada orang yang tidak tamat sekolah pun masih bisa mendapat jabatan melambung atau jabatan yang tinggi. Karena dipandang memiliki prestasi, ada kelebihan yang lain, bisa diinterpretasi seperti itu. Ini berarti positif dong, bukan ad hominem,” tuturnya kepada wartawan.

Soal twit, Susi bermanuver politik, Henri mengakui bahwa itu opininya.

“Dalam opini saya, saat keadaan tidak lagi menjabat dan perusahaan sulit, bukankah logis jika lalu berpolitik untuk masa depan? Apa saya tidak boleh melihat dan menilai dengan opini seperti itu?” ucap Henri.

Ternyata, pemberitaan media massa tentang konfirmasi ke Henri itu, membuat Susi tidak lagi santai. Dia tersulut emosi. Buktinya, dia masuk ke Twit Presiden Jokowi.

Cuitan Jokowi di akun Twitter-nya, @jokowi, Senin (8/2/2021). Perihal pandemi COVID-19.

“Setahun dalam selubung pandemi, tentu ada rasa bosan, lelah, dan sedih. Kita sama merindukan suasana normal, berkegiatan seperti sediakala, dan tidak dicekam ketakutan. Mari, kita sama berjuang untuk mengakhiri pandemi ini dengan disiplin ketat menjalankan protokol kesehatan,” tulis Jokowi.

Mendadak, Susi masuk ke Twit Jokowi, nyuruh menghentikan hate speech. Sehingga perang dengan Ferdinand Hutahean (seperti di atas).

Perang di medsos itu terkait politik. Para pemainnya bertendensi politis. Dukung-mendukung, tempel-menempel. Berebut power. Boleh saja. Kebebasan bicara dijamin UUD 1945.

Cuma, rakyat warganet terpengaruh. Terbelah. Padahal, memang itu yang dibutuhkan para pemain politik. Dukungan. Tak peduli membelah. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru